Senin, 02 Januari 2012

BELAJAR DARI KELUGUAN SEORANG ANAK

Suatu hari terdapat sebuah pementasan drama yang meriah. Pementasaan yang bertempat disekola ini tentunya dimeriahkan oleh para siswa-siswi sebagai pemain dalam drama tersebut. Setiap ana mendaatakn peran dan memakai kostum sesuai dengan peran yang mereka mainkan. Semua anak-anak terlihat tampak serius. Hal ini dikarenakan Guru mereka berjanji akan memberikan hadiah bagi siapa yang tampil terbaik hari itu. Ditempat lain, tepatnya di depan panngung, para orangtua pun ikut memeriahkan acara dengan kehadiran mereka.
Semua berjalan dengan sangat baik. Peran petani yang membawa pacul dan nelayan dengan jala yang disampirkan dibahu diperankan dengan sangat baik. Dibagian sisi lain panggung terdapat anak yang wajahnya ketus sesuai dengan perannya yang pemarah. Ada juga yang memerankan tokoh yang selalu menangis sehingga wajahnya selalu terlihat murung. Tepuk tangan para orangtua dan guru terdengar dari sisi kiri dan kanan.
Pementasan drama pun usai. Kini saat yang lebih mendebarkan. Saat-saat dimana guru mereka akan mengumumkan siapa yang berhak mendapatkan hadiah. Semua anak-anak tampak berdebar, berharap nama mereka yang disebutkan. Tampak anak-anak berkomat-kamit berdoa supaya nama mereka yang dipanggil. Tidak hanya anak-anak, para orangtua pun ikut berdoa, berharap anak mereka menjadi yang terbaik.
Salah seorang guru menaiki panggung dan tak lama kemudian menyebutkan sebuah nama. Yaaaaaaa ternyata anak yang berperan sebagai pak tua pemarahlah yang menjadi pemenangnya.. dengan wajah  yang berbinar sang anak bersorak gembira “AKu menaaaaaaang …!!” ucapnya. Ia pun segera lari menuj panggung dan diikuti oleh kedua orangtuanya yang berjalan di belakangnya dengan perasaan yang sangat bangga. Tepuk tangan pun terdengar kembali. Sang orang tua menatap sekeliling, menatap seluruh hadirin. Raut wajah mereka menggambarkan kebanggaan yang sangat besar terhadap anak mereka.
Sang guru menyambut mereka dengan senyuman. Sebelum menyerahkan hadiah iya sedikit bertanya anak tersebut . “Nak, kamu hebat, kamu berhasil memerankan peran pak tua pemarah dengan sangat baik. Kamu pasti rajin mengikuti latihan yaa..” ujar sang guru. “Coba ceritakan kepada kami semua, apa yang membuat kamu mampu memerankan peran ini nak ?”
Dengan lugu sanga anak menjawab, “Terimakasih atas hadiahnya pak, dan saya juga harus berterimakasih kepada ayah saya. Karena dari ayah lah saya belajar berteriak dan menjadi pemarah. Dari ayah lah saya meniru sikap itu ! ayah sering berteriak kepada saya, maka bukan hal yang sulit untuk menjadi pemarahseperti ayah saya..”
Senyap….. usai anak tersebut selesai bicara, keadaan makin senyap. Begitupun kedua orangtuanya . mereka tampak tertunduk. Jika sebelumnya mereka merasa bangga, kini keadaan berubah seperti sedang berdiri sebagai terdakwa dipengadilan. Sang orangtua belajar sesuatu hari itu. Ada yang perlu diluruskan dalam perilaku mereka…

referensi : berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar